Kamis, 25 April 2013

ABOUT BORAKS



Boraks berasal dari bahasa Arab yaitu Bouraq. Boraks merupakan srebuk kristal lunak yang mengandung unsur boron, berwarna  putih, tidak berbau, mudah larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, PH: 9, 5. Boraks banyak digunakan dalam berbagai industri non pangan khususnya industri keras, gelas, pengawet kayu, anti septik kayu, keramik dan pengontrol kecoa. Boraks sejak lama telah digunakan masyarakat untuk pembuatan gendar nasi, krupuk gendar, atau krupuk puli yang secara tradisional di jawa disebut “Karak” atau “Lempeng”. 

Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama natrium tetraborat, berbentuk kristal yang lunak. Sebenarnya, boraks digunakan sebagai bahan untuk pembuat deterjen, khususnya industri kertas. Akan tetapi, banyak para penjual makanan menyalah gunakannya. Mereka menggunakan borak sebagai komponen pembantu pembuatan makanan dan untuk menekan biaya produksi, sehingga mereka bisa mendapatkan untung dua kali lipat lebih besar dari pada penjualan yang tidak menggunakan boraks.
Boraks adalah senyawa yang dapat memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus serta memiliki kekenyalan yang khas. Dengan kemampuan tersebut boraks sering disalahgunakan oleh para produsen makanan yaitu digunakan sebagai bahan pengawet pada makanan yang dijualnya. Namun begitu boraks merupakan bahan tambahan makanan yang sangat berbahaya bagi manusia karena bersifat racun. 

Disamping itu boraks digunakan untuk industri makanan seperti dalam pembuatan mie basah, lontong, ketupat, bakso bahkan dalam pembuatan kecap. Mengkonsumsi boraks dalam makanan tidak secara langsung berakibat buruk, namun sifatnya terakumulasi sedikit-sedikit dalam organ hati, otak dan testis. Boraks tidak hanya diserap melalui pencernaan namun juga diserap melalui kulit. Boraks yang terserap dalam tubuh dalam jumlah kecil akan dikeluarkan melalui air kemih dan tinja, serta sangat sedikit melalui keringat. Boraks tidak hanya mengganggu enzim-enzim metabolisme tetapi juga mengganggu alat reproduksi pria. Boraks yang dikonsumsi cukup tinggi dapat menyebabkan gejala pusing, muntah, mencret, kejang perut, kerusakan ginjal, hilang nafsu makan.

Cukup sulit menentukan apakah suatu makanan mengandung boraks. Hanya lewat uji coba laboratorium, semua bisa jelas. Namun dilihat dari luar tetap bisa dicermati karena ada perbedaan yang bisa dijadikan pegangan untuk menentukan suatu makanan aman dari boraks atau tidak.

a.         Mi basah
1)      Teksturnya kental.
2)      Terlihat lebih mengkilat.
3)      Tidak lengket.
4)      Dan tidak mudah putus.

b.         Bakso
1)      Lebih kenyal dibanding bakso tanpa boraks.
2)      Bila digigit akan kembali ke bentuk semula.
3)      Tahan lama atau awet beberapa hari.
4)      Bila dilempar ke lantai akan memantul seperti bola bekel.
5)      Warna tidak kecoklatan seperti penggunaan daging, tetapi cenderung keputihan.
6)      Bakso yang aman berwarna abu-abu segar merata disemua bagian, baik di pinggir maupun tengah.

c.         Gula merah
1)      Sangat keras dan susah dibelah.
2)      Terlihat butiran-butiran mengkilap di bagian dalam.

Efek toksinnya akan terasa bila boraks dikonsumsi secara komulatif dan penggunaannya berulang-ulang.

Beberapa pengaruh boraks terhadap kesehatan:

a.       Tanda dan gejala akut:
1)      Muntah-muntah
2)      Perut terasa sakit atau diare
3)      Konvulsi dan
4)      Depresi SSP (Susunan Syaraf Pusat)

b.      Tanda dan gejala kronis:
1)     Nafsu makan menurun
2)     Gangguan pencernaan gangguan SSP: bingung dan bodoh
3)     Anemia, rambut rontok dan kanker.

Boraks dan formalin akan berguna dengan positif apabila digunakan sesuai dengan seharusnya, tetapi kedua bahan itu tidak boleh dijadikan sebagai pengawet makanan karena bahan-bahan tersebut sangat berbahaya, seperti telah diuraikan diatas pengaruhnya terhadap kesehatan. Walaupun berbahaya, karena ingin mencari keuntungan masih banyak produsen makanan yang tetap menggunakan boraks dan formalin tanpa memperhitungkan bahayanya. Pada umumnya, alasan produsen menggunakan  boraks dan formalin sebagai bahan pengawet makanan karena kedua bahan kimia tersebut mudah digunakan dan mudah didapat, serta harganya relative murah dibanding bahan pengawet lain yang tidak berpengaruh buruk pada kesehatan. Boraks dan formalin merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus sehingga banyak anak-anak yang tertarik untuk membelinya. Contohnya bakso dan kerupuk, bakso yang menggunakan boraks dan formalin memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari bakso yang menggunakan banyak daging. Sedangkan kerupuk yang mengandung boraks apabila digoreng akan mengembang dan empuk, teksturnya bagus dan renyah. 

Secara tidak sadar kita telah mengkonsumsi boraks dalam jumlah yang banyak. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tidak langsung berakibat buruk terhadap kesehatan. Tetapi, boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit karena diserap dalam tubuh dan disimpan secara kumulatif dalam hati, otak, atau testis (buah zakar), sehingga dosis boraks dalam tubuh menjadi tinggi. Boraks yang menumpuk terlalu banyak di dalam tubuh akan menyebabkan kematian. Konsumsi boraks  5-10 gram pada anak-anak akan menyebabkan syok dan kematian. Sedangkan kematian pada orang dewasa terjadi jika, dosisnya mencapai 10-20 gram atau lebih. 

Pemerintah telah memperbolehkan penggunaan boraks sebagai bahan makanan, namun dibatasi oleh UU Kesehatan dan Keselamatan Nasional, batasnya hanya 1 gram per 1 kilogram pangan, bila lebih, itu ilegal, pelaku akan dipajara 12 tahun bila menambahkan lebih dari 1 gram per 1 kilogram pangan.
MUI berwacana untuk membuat fatwa haram penggunaan boraks dalam jumlah berlebih (> 1 gr/kg pangan) pada bulan Agustus 2012.

 Banyak cara untuk mengidentifikasi boraks yang terkandung dalam makanan, yaitu identifikasi dengan pengamatan fisik. Misalnya, bakso yang mengandung boraks warnanya lebih keputihan, teksturnya lebih kenyal, dan jika digigit akan kembali ke bentuk semula. Sedangkan, bakso tanpa boraks warnanya agak kecoklatan dan akan mudah hancur jika di gigit. Jadi,  kita sebagai konsumen seharusnya lebih cermat dan selektif dalam memilih makanan. Jangan hanya menilai dari segi rasanya saja. Tetapi, lihat juga tingkat kesehatannya. Telitilah sebelum membeli.

BAHAYA BORAKS





Boraks merupakan suatu kristal lunak yang mengandung unsur boron, berwarna dan mudah larut dalam air. Boraks dalam air berubah menjadi natrium hidoksida dan asam borat,
Bleng adalah campuran garam mineral konsentrasi tinggi yang dipakai dalam pembuatan beberapa makanan tradisional, seperti karak dan gendar. Sinonimnya natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat.
Bleng adalah bentuk tidak murni dari boraks, sementara asam borat murni buatan industri farmasi lebih dikenal dengan nama boraks. Dalam dunia industri, boraks menjadi bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoak.
Dalam bentuk tidak murni, sebenarnya boraks sudah diproduksi sejak tahun 1700 di Indonesia, dalam bentuk air bleng. Bleng biasanya dihasilkan dari ladang garam atau kawah lumpur (seperti di Bledug Kuwu, Jawa Tengah).
Sifat-sifat boraks
· Bentuk : Serbuk kristal putih
· Tidak berbau
· Larut dalam air
· Tidak larut dalam alkohol
· pH 9,5
Boraks atau  natrium tetraborat (Na2B4O7.H2O) yang banyak digunakan dalam berbagai industri non pangan khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu dan keramik. Daya pengawet yang kuat dari boraks berasal dari kandungan asam borat didalamnya. Boraks dan asam borat juga digunakan untuk deterjen, mengurangi kesadahan dan antiseptik lemah.
Boraks adalah senyawa yang dapat memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus serta memiliki kekenyalan yang khas. Dengan kemampuan tersebut boraks sering disalahgunakan oleh para produsen makanan yaitu digunakan sebagai bahan pengawet pada makanan yang dijualnya. Namun begitu boraks merupakan bahan tambahan makanan yang sangat berbahaya bagi manusia karena bersifat racun.
Boraks umumnya digunakan untuk mempercepat empuknya sayur mayur yang dimasak sekaligus memberikan aroma sedap, serta mempertahankan warna hijau dari sayuran lebih lama. Boraks dijual dipasarkan dengan label bleng, dengan maksud menyamarkan identitas aslinya. Bleng ini dapat dibeli dengan harga murah dan didapat dengan mudah, sehingga masyakat banyak menggunakan bahan berbahaya ini.
Boraks merupakan salah satu bahan tambahan makanan yang berbahaya dan dilarang, hal ini telah dicantumkan dalam Permenkes tentang bahan tambahan makanan yang dilarang.

Ciri Makanan Yang Mengandung Borak dan Formalin

Menjelang lebaran, banyak sekali beredar berbagai makanan ringan dipasaran. Ini merupakan sebuah momen yang paling ditunggu oleh banyak kalangan termasuk produsen makanan ringan. Karena momen ini bisa dikatakan sebagai musim panen bagi produsen makanan ringan. Ratusan jenis makanan ringan dengan berbagai macam jenispun dibuat untuk memenuhi kebutuhan konsumen menjelang lebaran. Hal ini tak lain karena pada momen lebaran terjadi sebuah tradisi turun temurun yang biasa dilakukan oleh umat islam terutama di Indonesia untuk saling bertemu keluarga dan teman di kampung halaman. Tak layak jika tidak ada makanan yang disuguhkan pada saat saling berkumpul.

Melihat momen ini terjadi setahun sekali, tak jarang produsen makanan ringan yang mengambil keuntungan dengan akal bulusnya hanya untuk meraup keuntungan yang lebih banyak. Mereka tidak menghiraukan dengan beberapa tips kesehatan yang benar dalam pembuatan makanan. Dalam hal ini para para konsumenlah yang paling dirugikan. Dengan menggunakan bahan bahan yang berbahaya bagi kesehatan untuk menekan biaya HPP,  mereka menghalalkan segala cara dalam proses pembuatannya. Salah satunya adalah penggunaan borak pada proses pembuatan makanan tersebut.

Borak itu sendiri  merupakan senyawa berbentuk kristal dengan warna putih, tidak berbau dan larut dalam air dan juga stabil dalam suhu dan tekanan normal. Penggunaan borak yang sebenarnya adalah sebagai bahan tambahan untuk :
  • Mematri logam
  • Pembuatan gelas dan enamel
  • Sebagai Pengawet dan antijamur pada kayu
  • Obat untuk kulit dalam bentuk salep
  • Sebagai antiseptik
  • Pembasmi kecoak
  • Campuran pembersih
Sebenarnya penggunaan borak telah dilarang keras oleh pemerintah untuk digunakan sebagai bahan tambahan makanan sebagaimana telah diatur dalam Pemenkes no 722/Menkes/Per/IX/tahun 1988 tentang Bahan Tambahan Makanan. Namun hal ini tidak terlalu dihiraukan oleh beberapa produsen makanan dengan dalih persaingan harga di pasaran tanpa menghiraukan dengan tips kesehatan dalam pengolahan makanan.

Salah satu contoh yang bisa kenzoo berikan adalah penggunaan borak pada mi basah. Seperti penuturan salah satu pekerja mi basah di salahsatu produsen home industri baha mi yang beredar dipasaran mengandung borak dan Formalin. Cara pencampurannya adalah pada saat adonan tepung yang dicampur dengan air dimasukkan dalam satu mesin. Disitulah zat antiseptik yang biasa untuk membasmi kecoak dan mematri logam ini dimasukkan sesuai ukurannya. Ada yang 100 gram untuk 2 kg tepung. Kadar pencampurannya memang bervariasai. 

Bahan pengawet ini bisa berupa serbuk yang dipadatkan menyerupai garam. Satu kemasan plastik berisi 20 batang dengandengan harga yang sangat murah. Yaitu Rp. 2500/bungkus. Maraknya penggunaan borak ini memang seperti siklus yang tak berujung. Bayak akal bulus untuk mengelabui pada proses pembuatan makanan yang dicampur dengan borak.

Menyikapi hal tersebut, Anda sebagai konsumen haruslah lebih teliti dalam membeli dan juga mengkonsumsi makanan tersebut, terlebih  untuk anak anak anda. Untuk mengetahui makanan yang mengandung borak atau tidak memang paling akurat dilakukan dengan pengujian dilaborat. Namun sebenarnya dilihat dari fisik luar ada perbedaan yang bisa anda gunakan sebagai pedoman dalam membedakan makanan yang mengandung borak dan makanan sehat untuk dikonsumsi.

Dan berikut ini merupakan ciri ciri makanan yang mengandung borak :
  • Tahan lama/tidak mudah basi 
  • elastis
  • kenyal
  • tekstur menarik dan renyah (untuk kategori krupuk)
  • tidak dikerubungi lalat.
  • Biasanya banyak terdapat dipasar tradisional, pasar malam dan pedagang kaki lima.
Ciri makanan Yang Mengandung Formalin :
  • Warna sangat mencolok
  • Cerah mengkilap
  • warna tidak homogen 
  • Ada sedikit rasa pahit
  • Muncul rasa gatal sehabis mengkonsumsi

Legalitas
Pemerintah telah memperbolehkan penggunaan boraks sebagai bahan makanan, namun dibatasi oleh UU Kesehatan dan Keselamatan Nasional, batasnya hanya 1 gram per 1 kilogram pangan, bila lebih, itu ilegal, pelaku akan dipajara 12 tahun bila menambahkan lebih dari 1 gram per 1 kilogram pangan.
Bahaya bleng dan boraks
Boraks maupun bleng tidak aman untuk dikonsumsi sebagai makanan dalam dosis berlebihan, tetapi ironisnya penggunaan boraks dalam dosis berlebihan sebagai komponen dalam makanan sudah meluas di seluruh dunia. Mengkonsumsi makanan berboraks dalam jumlah berlebihan akan menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, hingga kematian. Batas aman/legal penggunaan boraks dalam makanan adalah 1 gram / 1 kg pangan
Bleng atau boraks biasanya dipakai dalam pembuatan makanan berikut ini:
  • karak/lèmpèng (kerupuk beras), sebagai komponen pembantu pembuatan gendar (adonan calon kerupuk)
  • mi
  • lontong, sebagai pengeras
  • ketupat, sebagai pengeras
  • bakso, sebagai pengawet dan pengeras
  • kecap, sebagai pengawet
  • cenil, sebagai pengeras
MUI berwacana untuk membuat fatwa haram penggunaan boraks dalam jumlah berlebih (> 1 gr/kg pangan) pada bulan Agustus 2012.
Substitusi bleng/boraks
Karena penggunaan bleng/boraks adalah sebagai pengenyal, bahan pengganti dapat dicari untuk fungsi yang sama. Air merang dan STPP (Sodium Tri-polyphosphate) dengan konsentrasi sama diketahui tidak memengaruhi tanggapan organoleptik (kesan fisik dan rasa) dari kerupuk beras.
Demikian sedikit penjelasam tentang boraks, semoga bermanfaat,,,,,